SIAPKAH ANDA MENDUDUKI POSISI PUNCAK DI PERUSAHAAN ?

Written by Heri Susanto on Minggu, September 16, 2012

Jika Anda mendapat tawaran untuk menduduki posisi puncak di salah satu anak perusahaan BUMN terkemuka di negeri ini, apa yang akan Anda lakukan ? Menerima tawaran itu atau menolaknya ? Hampir bisa di pastikan Anda akan menerimanya. Tapi, tunggu dulu..!!! Bagaimana kalau perusahaan yang ditawarkan untuk Anda pimpin itu sedang terpuruk karena kondisi arus perubahan ? Nah, apakah Anda jadi memutuskan untuk menerima tawaran menjadi CEO di perusahaan yang sedang terpuruk karena kondisi arus perubahan ? Kali ini mungkin Anda akan berpikir lebih lama sebelum memberikan jawaban. Jawaban “Ya” bisa saja tetap Anda berikan jika Anda tahu strategi yang bisa Anda terapkan untuk memutar balik keadaan krisis menjadi sukses.  

Terpuruk Karena Kondisi Arus Perubahan 
Apa ciri-ciri perusahaan yang terpuruk karena kondisi arus perubahan ? Tanda-tandanya sangat jelas: Turunnya laba perusahaan, karyawan berseteru dengan top manajemen, dan yang terburuk adalah perusahaan sudah mulai ditinggalkan oleh Investor dan pelanggan karena kualitas layanan yang sangat buruk  

Turunnya Laba Perusahaan
Perusahaan hampir kehabisan uang tunai untuk membangun Asset Produtif dan dililit utang dalam jumlah yang relatif besar. Secara sederhana, Laba perusahaan akan turun jika pengeluaran akan lebih besar dari pada pendapatan. Laba ibarat darah bagi perusahaan. Jika Laba perusahaan terus turun sampai memakan habis persediaan uang tunai perusahaan, maka lambat laun perusahaan akan berhenti beroperasi, apalagi jika keadaan diperburuk dengan utang yang semakin menggunung, Tak bisa dihindari lagi dentang lonceng kematian semakin keras berdentang sebagai peringatan bagi pimpinan maupun karyawan perusahan untuk bersiap diri menghadapi kemungkinan terburuk perusahaan gulung tikar.  

Karyawan vs “Top Manajemen”
 Indikator lain yang menunjukkan bahwa perusahaan dalam krisis adalah perseteruan dalam perusahaan. “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Sepertinya pepatah ini masih berlaku di dunia bisnis, apalagi antara karyawan dan top manajemen. Unit Bisnis yang satu menyalahkan Unit Bisnis yang lain. Karyawan tidak lagi menaruh rasa hormat dan percaya pada pimpinan. Kondisi ini dapat diibaratkan seperti para pendayung dalam satu perahu yang mendayung ke arah yang berlawanan sehingga kapal berjalan di tempat, bahkan bila kekuatan yang berseteru tidak berimbang, kapal bisa oleng dan karam. Jadi, tanpa adanya persatuan dan semangat saling mendukung sudah dapat dipastikan perusahaan akan melaju ke arah perpecahan yang ujungnya tentu saja kebangkrutan.  

Hilangnya Kepercayaan Investor dan Pelanggan
 Indikator yang paling penting untuk dicermati adalah Investor dan pelanggan. Keberadaan perusahaan sangat bergantung pada dukungan Investor dan pelanggan seperti tubuh manusia yang tergantung pada jantung yang berdetak. Jika Investor dan pelanggan sudah tidak percaya lagi pada perusahaan karena kinerja yang buruk (kualitas layanan dan produk yang buruk), maka perusahaan akan kehilangan kepercayaan Investor dan pelanggan karena citra buruk yang terbentuk. Hilangnya kepercayaan Investor dan pelanggan akan mengakibatkan larinya Investor dan pelanggan ke perusahaan pesaing. Perusahaan yang ditinggalkan oleh Investor dan pelanggan akan kehilangan kehidupan.  

Bangkit Untuk Tumbuh dan Berkembang
 Lalu, bagaimana mengubah perusahaan dalam kondisi terpuruk menjadi tumbuh dan berkembang ? Memang tidak mudah, tetapi dengan menerapkan empat strategi berikut, kondisi perusahaan dapat berubah sesuai dengan yang kita harapkan.  

Mencetak Laba Perusahaan
Langkah pertama adalah memompakan darah keuntungan kedalam urat nadi perusahaan. Jika perusahaan belum bisa mendongkrak pendapatan, maka langkah emergency adalah memotong biaya. Salah satunya yang harus dilakukan yaitu harus ada perbaikan internal, penjualan asset yang tidak sesuai lagi untuk perusahaan, akuisisi perusahaan yang bisa memberikan pertumbuhan, dan rekayasa keuangan dengan mencari struktur modal yang optimal untuk perusahaan. Membuat “Cash Flow” Menjadi Positif Pemotongan biaya saja tidak cukup. Langkah ini perlu dilengkapi dengan mengubah Cash Flow negatif menjadi positif. Banyak cara yang bisa dilakukan antara lain dengan merestrukturisasi utang dan melakukan penghematan. Restrukturisasi utang dengan negosiasi ulang mengenai penjadwalan utang. Dalam hal ini perusahaan perlu menunjukkan pada investor, komitmen yang tinggi untuk berubah kearah yang positif. Perusahaan harus mengadakan efisiensi karyawannya yang bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perusahaan.

Memperbaiki Kinerja
Untuk memenangkan kembali Investor dan pelanggan ternyata melalui iklan saja tidak cukup. Manajemen dan Karyawan harus berjuang keras tidak hanya memberi janji tetapi juga bukti dengan memperbaiki kinerja perusahaan. Mereka harus memperbaiki sarana dan prasarana perusahaan sesuai kualitas standar pelayanan pelanggan yang normatif dan memperbaiki kinerja karyawan yang berada di lini depan dalam melayani pelanggan, serta memperbaiki kinerja staf administrasi penunjang operasional. Langkah yang paling penting adalah mengambil langkah proaktif untuk mengetahui apa yang diinginkan Investor dan pelanggan serta karyawan dari perusahaan, mendengarkan dan menindaklanjuti keluhan dan keinginan Investor dan pelanggan serta para karyawan. Tindakan tersebut dapat dipastikan akan mengembalikan kepercayaan investor, pelanggan dan para karyawan.  

Membangun Budaya Unggulan
 Mengubah budaya perusahaan yang telah mengakar bukanlah hal yang mudah. Kita pun menyadari hal itu. Untuk membangun budaya baru kita perlu generasi pimpinan yang baru. Strategi yang harus diambil adalah mengganti 50% pimpinan tingkat menengah ke atas. Ke 50% karyawan ini diganti dengan 20% karyawan yang dinilai terbaik di bidang mereka masing-masing.Kepada 20% pimpinan baru, mereka harus menularkan komitmen untuk melakukan “Profit Sharing” dengan karyawan, sehingga budaya “Win – Win Solution” pun bisa dipupuk dari atas kebawah. Budaya ini membangun persatuan yang solid antar karyawan, rasa saling menghargai dan memupuk semangat yang tinggi untuk sama-sama menang membangun perusahaan. Selain itu untuk penciutan tingkatan dan jumlah “petinggi”, birokrasi bisa dipangkas dan biaya operasional bisa dihemat. ****Heri 5258

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book
 
Google
 

LINK