Konsep Siklus Penyelesaian Masalah HI dan HK di SKJM
Written by Heri Susanto on Senin, Desember 23, 2013
1. Memahami Kebutuhan Peningkatan.
Proses ini diawali dengan mengundang
secara bertahap seluruh anggota SKJM oleh pengurus DPC SKJM untuk temu wicara dan/atau
dari data surat aspirasi serta keluh kesah anggota SKJM yang disampaikan kepada
Ketua DPP/DPC guna mendapatkan masukan tentang berbagai masalah hubungan
industrial dan hubungan kerja diseluruh unit kerja di PT. Jasa Marga (Persero).
Identifikasi masalah berdasarkan data
yang ada. Berbagai alat mutu seperti: Check Sheet atau Diagram Pareto dapat
digunakan untuk mengidentifikasi masalah mutu hubungan industrial dan hubungan
kerja yang ada di SKJM.
2. Menyatakan Masalah yang Ada .
Proses
kedua dengan menindaklanjuti berbagai masalah hubungan industrial dan hubungan
kerja untuk dibahas dan dinyatakan sebagai
masalah yang harus segera diselesaikan oleh Pengurus SKJM dengan Manajemen yang
terkait.
Pernyataan
masalah harus : Spesifik, Tegas , Jelas, dan dapat diukur. Suatu pernyataan
masalah harus dapat menjawab pertanyaan berikut: apa (what), dimana terjadi
(where), bilamana terjadi (when), siapa yang bertanggung jawab (who), mengapa
terjadi masalah itu (why), bagaimana saran perbaikan masalah itu (how), berapa
biaya yang harus dikeluarkan untuk menerapkan tindakan perbaikan masalah itu
(how much). Ingat konsep 5W-2H.
Tujuan–tujuan
penyelesaian masalah hubungan industrial dan hubungan kerja di SKJM harus dapat
diukur dan konsisten dengan AD/ART SKJM untuk peningkatan terus menerus, ketika
menetapkan tujuan-tujuan penyelesaian masalah hubungan industrial dan hubungan
kerja, yang berarti: tujuan-tujuan tersebut harus ditetapkan secara :
* Spesifik (bukan bersifat umum).
* Dapat diukur.
* Dapat dicapai.
* Berorientasi pada pencapaian hasil.
* Tepat waktu untuk mencapai tujuan itu.
(ada batas waktu yang jelas).
Perencanaan
penyelesaian masalah hubungan industrial dan hubungan kerja di SKJM harus
konsisten dengan AD/ART SKJM dan didokumentasikan dalam suatu format yang
sesuai dengan praktek pengoperasian organisasi, ketika merencanakan
penyelesaian masalah hubungan industrial dan hubungan kerja; yang berarti:
perencanaan harus bersifat :
* Realistik – ambisius yang menantang
(bukan angan-angan).
* Humanistik – memperhatikan aspek
sumber daya manusia.
* Dapat dipahami oleh seluruh anggota
SKJM.
* Memiliki ukuran-ukuran (indikator
pengukuran) yang jelas.
* Dapat ditindaklanjuti
sampai pada rencana tindakan (action plan).
* Dapat dicapai apabila
rencana itu dilaksanakan.
3. Mengevaluasi Akar Penyebab Masalah
Proses ketiga dengan menindaklanjuti akar
penyebab masalah dengan cara mengevaluasi
dengan menggunakan diagram sebab-akibat (diagram tulang ikan = fishbone
diagram) dan bertanya mengapa beberapa kali, serta menggunakan teknik diskusi
sumbang saran (brainstorming) dari para pengurus SKJM.
4. Merecanakan Solusi Masalah
Proses keempat yaitu alangkah
baiknya rencana solusi masalah berfokus pada tindakan-tindakan untuk menghilangkan akar penyebab dari masalah
hubungan industrial dan hubungan kerja yang ada. Rencana perbaikan untuk
menghilangkan akar penyebab masalah yang ada diisi dalam suatu formulir daftar
rencana tindakan, seperti ditunjukan dalam
Tabel dibawah ini.
Daftar Isian Rencana Tindakan Penyelesaian Masalah
Penyebab Utama
|
Tindakan Perbaikan
|
Penanggung Jawab
|
Waktu
|
Anggaran
|
Status
|
Catatan: Penyebab utama
diambil dari diagram sebab-akibat atau bertanya beberapa kali.
5.
Melaksanakan Rencana Solusi
terhadap masalah.
Proses kelima yaitu dengan mengimplementasikan rencana solusi masalah
mengikuti daftar rencana tindakan solusi masalah seperti ditunjukan pada tabel
diatas.
6. Mempelajari Hasil-Hasil Solusi Terhadap Masalah
dan Prinsip Pendekatan
Faktual dalam Pembuatan Keputusan.
Proses
keenam yaitu setelah selang waktu tertentu, dilakukan studi dan evaluasi berdasarkan data yang dikumpulkan, guna
mengetahui apakah jenis masalah hubungan industrial dan hubungan kerja yang ada
telah hilang atau berkurang. Analisis terhadap hasil-hasil
temuan berikutnya akan memberikan tambahan informasi bagi pembuatan keputusan
dan perencanaan berikutnya. Keputusan yang
efektif adalah yang berdasarkan pada analisa data dan informasi untuk
menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga masalah-masalah hubungan
industrial dan hubungan kerja dapat terselesaikan secara efektif dan efisien.
Keputusan seyogyanya ditujukan untuk
meningkatkan kinerja organisasi dan efektifitas implementasi kesepakatan kerja
bersama antara SKJM dam Manajemen Perusahaan.
Manfaat-manfaat pokok apabila
organisasi SKJM menerapkan prinsip pendekatan faktual dalam pembuatan
keputusan, adalah :
1.
Keputusan-keputusan berdasarkan
informasi yang akurat.
2.
Meningkatkan kemampuan untuk
menunjukan efektivitas dari keputusan melalui referensi terhadap
catatan-catatan faktual.
3.
Meningkatkan kemampuan untuk
meninjau ulang serta mengubah opini dan keputusan-keputusan.
Penerapan prinsip pendekatan faktual
dalam pembuatan keputusan akan membawa organisasi menuju :
1.
Jaminan bahwa data dan
informasi adalah akurat dan dapat diandalkan
2.
Membuat data menjadi mudah
diperoleh bagi mereka yang membutuhkannya.
3.
Menganalisis data dan informasi
menggunakan metode-metode yang sahih.
4.
Keseimbangan dalam pembuatan
keputusan dan pengambilan tindakan berdasarkan pada analisis faktual,
pengalaman dan intuisi.
7. Bertindak untuk Menstandardisasikan Solusi Terhadap
Masalah.
Proses ketujuh yaitu hasil-hasil yang
memuaskan dari tindakan solusi masalah harus
distandardisasikan, dan selanjutnya melakukan perbaikan terus-menerus pada jenis masalah yang lain. Apabila
tindakan terhadap solusi masalah tidak memberikan hasil-hasil yang memuaskan,
tindakan itu harus dikoreksi atau diperbaiki.
| Posted in »
Labor Union