UPAYA MEWUJUDKAN HUMAN CAPITAL JASA MARGA MENJADI PARTNER IN PROFIT AND PROGRESS DENGAN JM CLICK

Written by Heri Susanto on Rabu, Januari 30, 2019




UPAYA MEWUJUDKAN HUMAN CAPITAL JASA MARGA
MENJADI PARTNER IN PROFIT AND PROGRESS DENGAN JM CLICK

Oleh : Heri Susanto / 05258

Dulu, saya sering kali mengamati cara para manajer mendidik para pemimpin masa depan di Jasa Marga. Sebagian dari “Mereka” ada yang cenderung masih menggunakan pola atasan - bawahan atau dengan gaya guru - murid. Seharusnya dengan makin berkembangnya Jasa Marga maka para manajer harus dapat mengkombinasikan pola experimental – experiential - explorential gaya bebas yang mengacu kepada daya serap skill, knowledge, dan wisdom.
Apalagi saat ini sudah ada JM Click. Sehingga pola yang tersebut di atas didukung dengan akses internet berkecepatan tinggi dan password untuk membuka kunci pengetahuan. Sebuah angkatan kerja dengan “three lever” yang lengkap mulai dari pendidikan formal yang andal, pendidikan keterampilan di perusahaan yang berkesinambungan, dan pendidikan inisiatif sendiri dengan akses internet dan kolaborasi global yang “instan”. Diharapkan akan menghasilkan Karyawan Jasa Marga profesional yang sangat kompeten di setiap jenjang.
Karyawan Jasa Marga dengan kompetensi seperti itu tentu tak gampang diajak demonstrasi berhari-hari hanya untuk menuntut kenaikan gaji sebesar dampak dari kenaikan BBM. Tak mudah diperintah dengan sebuah kata pembuka “Pokoknya lakukan”. Tak mudah diperdaya dengan perbedaan skala gaji yang tertinggi dan terendah. Tak gampang dibuai dengan bonus akhir tahun yang besar untuk melakukan jungkir balik pembukuan yang terkesan menimbulkan laba, atau merekayasa mata anggaran agar terlihat adanya efisiensi . Tak gampang menerima uraian panjang lebar tentang promosi yang tak berdasarkan kompetensi. Interaksi antarpribadi dalam lingkungan kantor yang didefinisikan sebagai sebuah ruangan dengan empat tembok menjadi makin pudar.
 Kalau begitu, gaya kepemimpinan dalam human capital Jasa Marga sudah harus berubah drastis. Karyawan Jasa Marga bukan sekadar human resources, human capital, atau knowledge worker, tetapi harus menjadi “partner in profit and progress”. Sebuah kerja sama antar - dan intermitra yang saling bergantung dan memiliki ketergantungan tinggi. Pengelolaan atas mitra ini memiliki karakteristik kepemimpinan yang amat berbeda dengan yang dulu dilakukan. 

Pertama, organisasi harus menjadi makin flat karena mengandalkan kolaborasi antar mitra dalam proses dan hasil.
 Web organization akan menjadi pola standar. Dengan multiskill  partner, pembagian tugas akan makin beragam dan disatukan dengan IT system yang terintegrasi. Fungsi pemimpin bukan hanya pengambil keputusan namun mampu menjadi kolaborator dan motivator bukan untuk jegal menjegal.
 Kedua, karena anggota organisasi adalah mitra, maka budaya yang dibentuk adalah Jasa Marga adalah Ready to serve with smile.
 Setiap organisasi, sebagai lazimnya institusi, mempunyai nilai budaya yang baik di dalamnya. Apabila nilai-nilai budaya ini dibiarkan tenggelam, dan dikalahkan oleh nilai-nilai yang negatif maka proses transformasi sebesar apa pun akan mengalami kendala yang sangat besar.
Jasa Marga memerlukan Budaya Jasa Marga  (Organization Culture) untuk menjadikannya kuat dalam menghadapi perubahan dan mendukung setiap upaya transformasional.
Pada saat ini Jasa Marga sudah mendeklarasikan Tata Nilai Perusahana APIC yang mempunyai makna sebagai berikut:
Agility : GESIT dan penuh SEMANGAT dalam menghadapi perubahan serta berkembang secara berkesinambungan.
Profesionalism : Memiliki KOMPETENSI terbaik dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan secara sistematis dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian berorientasi ke depan.
Integrity : KONSISTENSI antara pikiran perkataan dan tindakan berlandaskan kejujuran, kebenaran, keadilan serta taat pada aturan dan etika yang berlaku.
Customer Focus : Memberikan PELAYANAN YANG TERBAIK dan berkelanjutan kepada pelanggan di seluruh rantai proses bisnis sesuai kebutuhan dan harapan pelanggan.
Pengertian dari membangun Budaya Jasa Marga adalah upaya menggabungkan nilai-nilai kehidupan bersama antara seluruh karyawan Jasa Marga kemudian disemaikan ke dalam setiap sel organisasi Jasa Marga yang harus muncul dalam bentuk perilaku formal dan informal setiap karyawannya.
Budaya Jasa Marga hendaknya secara konsisten dan Persisten mendorong seluruh karyawan Jasa Marga mengimplementasikan nilai-nilai  APIC.
Alangkah baiknya Jasa Marga mengembangkan budaya proaktif kepada karyawannya secara konsisten dan Persisten dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berakronim SMILE.
Kaidah-kaidah ini diusulkan untuk menjadi bagian dari Tata Nilai Perusahaan yang selama ini dideklarasikan APIC (Agility, Profesionalism, Integrity, Customer Focus)
Kredo Perusahaan dengan akronim SMILE yang mempunyai makna sebagai berikut: Satisfaction, Moral, Integrity, Leadership, Entrepreneurship,
Satisfaction merupakan kredo simbol pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan jalan tol dengan memberikan keamanan (safety), kenyamanan (comfortability) dan kelancaran,
Moral merupakan komitmen perusahaan untuk membangun karakter Jasa Marga yang menjunjung tinggi aspek kejujuran, kebenaran.dalam menjalankan bisnisnya

Integrity merupakan aspek kepribadian Jasa Marga yang utama, yang mengutamakan kemuliaan di dalam segala aspek pencapaian tujuannya.

Leadership adalah kredo bahwa Jasa Marga adalah pemimpin dalam industrinya

Entrepreneurship adalah kredo bahwa bisnis harus dilakukan berdasarkan semangat wirausaha yang mandiri, tangguh dan tanggap terhadap tuntutan perubahan.
Budaya SMILE ini berdasarkan “love”, dan bukan “fear”, seperti layaknya suami-istri dan anak-orang tua. Prinsip “management by love” akan membentuk komunitas mitra, dan bukan dalam konteks organisasi dengan definisi lama. Dalam bahasa John Mackey disebut sebagai “community working together to create value for other people”.
Ketiga, Basic organizational unit, bukan departemen, tetapi kelompok kecil yang langsung berhubungan dengan customer atau proses.
 Mereka adalah komunitas yang memiliki  responsibility and authority tunggal karena menganut asas otonomi. Sistem ini harus beradaptasi dengan Surat keputusan Direksi No. 137/KPTS/2018 Tentang Struktur Organisasi PT jasa Marga (Persero) Tbk. Misalnya, Branch Office, APJT Operasi, JMTO, JMTM, yang menentukan apa yang harus dilakukan, sumber daya apa yang harus ditambah, sampai apa perlu menambah karyawan untuk diputuskan dalam komunitas sel di unit tersebut. Ini secara sistem akan mempercepat keputusan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dalam arti luas . Koridor tetap harus dijaga untuk kepentingan pengembangan Human capital, tetapi dalam rangka penyelarasan, bukan kontrol ketakutan terjadinya Power Abuse.

Keempat, kompensasi didasarkan atas bagi hasil untuk seluruh anggota kelompok

Rentang perbedaan gaji tertinggi-terendah menjadi makin kecil.  Malah John Mackey menetapkan rentang hanya 14 kali. Bahkan, karena berprinsip Karyawan Jasa Marga adalah mitra, masing-masing mitra bisa tahu gaji rekan sejawat dalam satu kelompok. Tak ada hal siluman soal gaji. Transparan karena kompetensi terukur rapi. 
“Fit and proper” dalam kompetensi dilakukan secara “online and real time”.

Nah, dengan empat fenomena tadi, memimpin bidang human capital menjadi lebih sederhana dan bisa fokus pada aspek 
inovasi, baik inovasi product, process, people (3P),termasuk di dalamnya inovasi strategik dan manajemen yang mengatur interaksi ketiganya bukan pada hal normatif dan administratif yang seakan sudah menjadi tanda dagang seorang manajer.
Apabila kita sempat berselancar lewat internet, kita akan heran, apa iya ? Migrasi konsep ini akan cepat ditangkap oleh karyawan Jasa Marga, dan kalau mereka menuntut hal yang sama, Semoga manajeman siap. *****HS5258

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book
 
Google
 

LINK