MENCARI AKAR MASALAH (Part-2) Habis
Written by Heri Susanto on Kamis, April 03, 2008Saya pada artikel sebelumnya banyak memberikan perspektif tentang bagaimana timbulnya budaya perusahaan yang menyebabkan kinerja Perusahaan kita turun dan pentingnya kedewasaan seorang pemimpin dalam menghadapi kinerja Perusahaan yang sedang menurun.
Mewujudkan Visi Bersama
Dalam rangka melengkapi artikel yang lalu, saat ini saya hanya mengulas dari perspektif tentang bagaimana selayaknya agar visi perusahaan menjadi milik bersama ?
Pada banyak perusahaan, visi ini kerap datangnya top down, yakni dari manajemen puncak ke bawahan. Cobalah hal ini di imbangi dengan yang bottom up. Maksudnya, untuk tahap awal silakan datang dari pemimpin, lalu di diskusikan dengan jajaran manajemen lapis tengah dan para karyawan guna mendapatkan umpan balik.
Larry Bosidy, dalam bukunya Execution menyebutkan dengan istilah "robust discussion". Maksudnya adalah diskusi yang mendalam, bertingkat-tingkat & dash yang melibatkan top dan middle management, serta karyawan & dash dengan tuntas. Setelah memiliki visi yang sama, baru ini diturunkan lagi dalam bentuk program, strategi dan dalam tataran operasional
Banyak perusahaan yang terjebak dalam pola membuat perencanaan dan menghitung biayanya, lalu jadilah mata anggaran. Nah, sebaiknya kita jangan menempuh cara ini. Sebaiknya cobalah lagi lakukan "robust discussion". Memang semua ini membuat prosesnya menjadi melelahkan. Di Jepang, umumnya perusahaan-perusahaan melakukan cara ini. Mereka lama sekali dalam membuat perencanaan. Ini karena harus melibatkan semua pihak sekaligus membahas aspek integrasi dan merumuskan KPI-nya. Di sana dibahas betul dalam perencanaan, misalnya, jika kita menempuh strategi tertentu, bagaimana dampaknya buat perusahaan. Perinciannya harus betul-betul detail.
Pada umumnya perencanaan yang berkualitas, saling terkait dan terintegrasi, serta memiliki kesamaan visi, hal ini akan membuat eksekusinya menjadi lebih mudah. Langkah ini, menurut saya, layak kita tempuh.
Setelah selesai menyusun planning, lakukan review secara berkala. Di sini sekaligus kita bisa mengamati tingkat kolaborasi dan kohesivitas orang-orang di dalam perusahaan. Jika ada penyimpangan yang cukup signifikan antara target-target dan pencapaian, hal ini harus dibahas secara mendalam. Apakah masalahnya menyangkut hal yang pertama tadi, yaitu program-program dan KPI yang tidak terintegrasi, tidak terkait dan tidak sinergi, atau lemahnya kolaborasi dan kohesivitas perusahaan dalam mengeksekusi.
Galilah masalah sampai akarnya, sebab di sini pasti ada masalah yang serius. Pada umumnya banyak orang yang biasanya melakukan review secara dangkal. Sebaiknya langkah ini jangan ditempuh. Saya melihat perusahaan kita mempunyai masalah yang cukup serius dalam hal kualitas review.
Pada beberapa perusahaan yang telah mendunia untuk membuat visi, planning dan review, mereka lewati dengan diskusi yang bertingkat-tingkat dan mendalam, sekali lagi, memang membutuhkan waktu lama. Akan tetapi itu semua akan membuat perusahaan kita menjadi kian smart, dan pada tahun-tahun berikutnya tentu pembuatan visi, planning dan review akan jauh lebih mudah, lebih cepat dan efisien. Bahkan bukan tidak mungkin kelak kita tak lagi membutuhkan bantuan konsultan yang berbiaya sangat mahal.
Sanggup Mengambil Keputusan
Tentunya kedewasaan pemimpin yang mumpuni harus sanggup mengambil keputusan untuk mewujudkan visi bersama. Pemimpin yang dewasa, disamping kesabaran dan ketabahannya untuk mencari pemecahan masalah, ia juga harus mampu untuk mengambil suatu keputusan. Walaupun hanya menggunakan data atau informasi yang sangat minim, kurang lengkap atau masih samar. Setelah menimbang fakta yang ada, ia akan segera menyadari bahwa dalam kondisi tertentu suatu tidakan tegas harus segera diambil. Dengan mawas diri terhadap keyakinannya dan orang-orang disekitarnya, ia harus sanggup untuk mengambil dan memikul resiko yang sudah diperhitungkan olehnya.
Dalam menutup artikel ini saya meminjam istilah Pak Dion, bahwa ”Superman” di perusahaan kita ini sudah mati maka saat ini kita sangat membutuhkan budaya “Super Team” untuk meningkatkan kinerja Perusahaan kita