BERPIKIR JERNIH DALAM MENSIKAPI PERILAKU KARYAWAN

Written by Heri Susanto on Jumat, Mei 16, 2008

Sering kita menjumpai di Perusahaan swasta mau pun BUMN terdapat “karyawan yang cenderung sulit di atur”. Pada umumnya hasil kerja “mereka” sebenarnya tidak terlalu bermasalah. Cuma, “mereka” seringkali jadi provokator dan punya cukup banyak fans di unit kerja kantor karena berkat kesenangannya mengumpulkan massa yang pernah terluka oleh kebijakan perusahaan.

Kepiawaiannya “mereka” dalam berargumentasi membuat pimpinan perusahaan sulit mencari kesalahannya, namun “mereka” cenderung mempunyai perspektif yang negatif. Ciri-cirinya dapat kita temukan pada saat rapat, “mereka” sangat kritis, tapi kritisnya tidak konstruktif dan mengganggu rekan kerja yang lain di saat rapat berlangsung. Padahal “mereka” ini , rata-rata posisinya sudah cukup lumayan di perusahaan.

Salah satu alasan mengapa seorang karyawan terus bermasalah adalah karena perilakunya selama ini justru mendapatkan reward. Mungkin bukan dari pimpinan perusahaan. Namun, dari teman-temannya. Sama seperti seorang anak kecil yang menangis supaya diberikan permen, maka lain kali jika dia ingin permen, maka dia akan nangis lagi. Kesimpulannya, seorang karyawan akan menghentikan perilakunya kalau dia merasa sikapnya tidak lagi efektif.

Dalam menghadapinya kita harus bijak mengelola persoalan ini. Sebaiknya, jangan cepat-cepat memberikan julukan "sulit" pada seorang karyawan yang sulit diatur. Jangan-jangan hanya salah paham atau perbedaan gaya kepemimpinan antara atasan dan bawahan.
Misalnya, gaya kepemimpinan atasan lebih otoriter, bawahan lebih demokratis. Akhirnya perbedaan ini menjadi pemicu perbedaan pendapat. Bagaimana hal ini dapat dikatakan sulit ?

Definisi karyawan sulit adalah: Suatu perilaku yang menyimpang dari standar, menjadi kebiasaan dan pola serta merugikan orang lain ataupun organisasi. Kadang, setiap orang bisa jadi sulit suatu waktu. Misal kalau beban kerja tinggi. Tapi, ini hanya bersifat situasional.

Perlulah berpikir tenang dengan pandangan positif atas segala peristiwa. Pikirkan dulu mengapa dia jadi sulit. Jangan langsung bertindak, tetapi pikirkan dulu apakah dia pernah diberikan saran sebelumnya ? Apakah dia tahu harapannya ? Tanyakan pada rekan kerja yang lain dan mintalah pertimbangan mereka. Tanyakan juga pada yang bermasalah dalam suasana dialog secara pribadi.

Kebanyakan pimpinan perusahaan tidak merasa nyaman dalam menghadapi situasi ini, lalu pemecahan persoalan ini sering kali ditunda. Dengan begitu masalah tidak akan selesai. Maka pimpinan perusahaan seharusnya langsung mencari akar permasalahannya. Namun, pimpinan perusahaan harus jelas dan tegas dalam bersikap dengan “mereka”. Harus di ingat juga pimpinan perusahaan hanya boleh tidak menghendaki perilakunya “mereka” dan bukan membenci orangnya.

Dalam memulai pembinaan terhadap “mereka” harus ada data yang jelas mengenai perilakunya. Jangan emosional, lakukan secara profesional. Api tidak bisa dilawan api. Jelaskan dampak dari perilakunya. Sebaiknya pakai "Pernyataan saya", bukan "Pernyataan anda", misalkan jangan bilang, "Anda ini orangnya sulit diatur...." tetapi lebih baik pakai kalimat, "Saya merasa sulit untuk memberitahukan sesuatu kepada anda..."

Buatlah rencana dan melakukan kegiatan untuk menindak lanjuti persoalan ini agar dia mau berubah. Ada baiknya jika pimpinan perusahaan tahu alasannya mengapa dia berperilaku seperti itu. Lalu, pimpinan perusahaan seharusnya mencoba membantu memecahkan akar masalahnya. Namun, jika akar masalahnya terlalu sukar, mungkin kita bisa menyarankan dan membantu “mereka” bertemu dengan seorang ahli psikology.

Langkah selanjutnya, pimpinan perusahaan tidak harus mendapatkan hasilnya yang instant maka berikanlah waktu untuk “mereka” berubah. Tetapi, harus jelas apa yang pimpinan perusahaan inginkan adalah suatu perubahan pada perilakunya. Usahakanlah pimpinan perusahaan sesering mungkin melakukan dialog dan pertemuan agar perilakunya membaik. Kalau tidak membaik, maka kita harus siap dengan hal yang paling tidak dikehendaki semua pihak.

Kalau tidak berubah, maka pimpinan perusahaan harus rela melepaskan “mereka”. Lakukan analisa keuntungan dan kerugian. Jika “mereka” tetap berada dalam unit kerja perusahaan, berapa kerugiannya ke depan. Kalau “mereka” dimutasikan berapa yang harus dikeluarkan ? Pastikan bicara juga dengan “mereka” dengan dialog yang konstruktif dan tidak arogan.

Insya Allah….

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book
 
Google
 

LINK