KONSEP EFISIENSI DENGAN DROP BOX
Written by Heri Susanto on Selasa, Januari 05, 2016Drop Box jadi trend. Layanan
ini babak awal menuju enterprise mobility. Manfaatnya, meningkatkan
produktivitas, aksesibilitas, kecepatan, dan efisiensi biaya. Kebutuhan atau
gaya hidup?
Sebut namanya Heri. Malam itu
ia duduk gelisah di sebuah warung pecel lele pinggir jalan. Tatapan matanya
berpindah-pindah dari pintu masuk ke Smart Phone-nya. Segelas kopi panas tak
mampu membuatnya tenang. Sambil menunggu rekannya, ia membaca e-mail yang
membanjiri Smart Phone-nya.
Bagi Heri, bekerja tak harus
di kantor. Sebagai assistent manager sebuah perusahaan jalan tol, ia sangat
mobile. Pola kerjanya tak kenal waktu dan tempat. Kapan saja, di mana saja.
Dalam seminggu ia datang ke kantor tidak sesuai jam kantornya. Sisanya
keluyuran. Kalau tidak ke kantor pusat, ia biasanya bertandang ke kampus tempat
ia menjadi dosen atau bertemu koleganya sesama akademisi.
Dengan aktivitas seperti itu, Heri
pantas disemati sebutan mobile warrior— assistent manager yang bekerja tanpa tergantung
tempat dan waktu, dan mampu mengakses informasi perusahaan terkini untuk
mengambil keputusan seketika. Jadi, bagi assistent manager seperti Heri,
likuiditas akses informasi perusahaan secara bergerak amatlah penting.
Akses informasi bagi Heri kini
bukan persoalan. Melalui layanan Drop Box, ia bisa mengakses seluruh data
perusahaan melalui smart phone. Seluruh aktivitas kerjanya praktis dilakukan
via e-mail. Misalnya, untuk mendapat
data, menganalisis, mengontrol proyek, mengirim laporan, sampai membuat
keputusan strategis, termasuk mengontrol kinerja seluruh unit yang menjadi
tanggungjawabnya.
Mobile warrior belakangan jadi
tren. Sejumlah perusahaan besar mulai mencobanya melalui pengembangan konsep Drop
Box. Drop Box adalah aplikasi yang punya dukungan TI andal, yang memungkinkan
sumber dayanya bekerja tanpa tergantung pada tempat dan waktu. Konsep ini,
selain meningkatkan produktivitas dan efektivitas, sekaligus juga menciptakan
fleksibilitas.
Pengembangan Drop Box menuntut
sentralisasi perangkat komunikasi untuk karyawannya dengan sistem data perusahaan.
Lalu, dengan membuat corporate mobile applications, wireless push e-mail, dan
personal information management (PIM), informasi perusahaan didesain untuk
dapat diakses secara remote melalui jaringan General Packet Radio Services
(GPRS), 3 G dan 4 G.
Solusi akses bergerak ini ke
depan menjadi best practice bagi perusahaan yang memiliki mobile workers.
Konsep ini dipercaya dapat mengurangi biaya. Adanya fasilitas teknologi
bergerak memungkinkan seluruh sumber daya berkolaborasi dan saling memasok
informasi terkini. Kolaborasi ini diharapkan meningkatkan produktivitas secara
kolektif.
Organisasi Terbuka
Betapapun canggihnya
teknologi, semuanya harus kembali pada kebutuhan perusahaan. Kalau para
eksekutifnya kerap melakukan perjalanan, layanan ini akan sangat membantu.
Perusahaan bisa terus berjalan meski para eksekutifnya tidak berada di kantor.
Biasanya,
organisasi yang maju pesat adalah yang berani memanfaatkan teknologi. Kalau
pendayagunaan teknologinya cukup kuat, biasanya mereka memiliki daya saing yang
baik. Lalu, organisasi bisnis semacam ini biasanya lebih terbuka, tidak terlalu
birokratis. “Organisasi yang birokratis biasanya lamban mengadaptasi
teknologi”.*****