NETRAL

Written by Heri Susanto on Selasa, April 15, 2008

Menjadi karyawan sebuah BUMN yang telah di Privatisasi ternyata tidak mudah menghindari diri dari berbagai intrik politik kantor. Apalagi pada beberapa BUMN yang acapkali "diobok - obok" dengan campur tangan "Birokrat Pemerintah" dan "Segelintir Anggota DPR". Hal ini tentu saja akan menyulitkan kalangan Direksi di beberapa BUMN untuk menjalankan Good Corporate Governance. Seprofesional apa pun jajaran Direksi dan para manajer di BUMN akan terganggu kinerjanya karena banyak waktu yang tersita untuk meladeni "mereka".

Carut marut ini pun akan berdampak pula terhadap budaya kerja para karyawan di beberapa BUMN.
Namun, Politik kantor sebenarnya tak selamanya jelek. Berpolitik di kantor sebenarnya sah-sah saja. Karena bagaimanapun, setiap karyawan pasti memiliki ambisi dan tujuan karier sendiri-sendiri yang ingin dicapainya. Bukankah ada yang bekerja karena ingin meraih kekuasaan (power), ada yang ingin meraih gaji yang tinggi (money), ada yang lebih untuk aktualisasi diri (self actualization), ataupun penghargaan diri (self respect).

Nah, berpolitik di kantor sebenarnya lebih pada kelihaian mewujudkan tujuan yang disesuaikan dengan budaya kantor. Jadi, sah-sah saja kalau seorang berpolitik dan mengatur strategi untuk mencapai ambisinya itu, asalkan dalam mewujudkan ambisinya itu tidak membawa dampak negatif bagi lingkungannya atau memakai cara-cara kotor.

Jika dilakukan dengan baik Politik di kantor akan positif :
- Memberikan efek menumbuhkan dan memacu semangat karyawan untuk
selalu memberikan kinerja yang baik.
- Sesuai aturan dan budaya perusahaan. Atau, perbuatannya masih tergolong
sesuai norma.
- Tidak menciptakan kompetisi jahat yang menghalalkan segala cara. Misalnya,
untuk mencapai jabatan manager, maka para kandidat berlomba menunjukkan kinerja yang baik, bukan saling melontarkan intrik dan mendiskreditkan saingannya di hadapan bos.

SEKEDAR GOSIP ATAU INFO?Desas-desus yang beredar memang bisa saja membingungkan. Apakah itu benar sekadar gosip yang beredar ataukah memang berupa info berdasarkan fakta yang ada. Untuk mengetahuinya, gampang saja, kok.

Tetaplah waspada dan berpikir jernih.
Dengarkan semua informasi yang masuk. Jangan keburu memutuskan atau “menerima” begitu saja apa yang Anda dengar tersebut. Pikirkan apakah gosip itu dapat dipercaya. Apakah ada data atau fakta yang jelas menyertainya. Apa akibatnya jika gosip ini menyebar. Apakah akan melukai seseorang. Apakah orang yang menceritakan gosip itu tak punya motif tertentu.

Konfirmasi ke atasan
Hal terbaik untuk menentukan apakah itu sekadar gosip ataukah benar-benar info yang beredar, ada baiknya dikofirmasikan pada atasan atau orang yang berwenang. Tanyakan apakah gosip yang beredar itu ada benarnya. Mungkin saja sebenarnya pihak perusahaan mempunyai informasi yang lebih mengenai hal itu, hanya saja tidak memberikannya pada semua karyawan. Walaupun info itu masih bersifat rahasia, biasanya kalau kita menanyakan hal itu dengan baik-baik, atasan atau orang berwenang akan memberitahukan kenyataan sebenarnya sebatas yang patut kita ketahui. Dengan demikian, kita pun tak terjebak pada rumor yang tak jelas dan mungkin telah dibumbui di sana-sini.

Bila gosip yang beredar itu bukan mengenai manajemen, melainkan tentang seseorang.
Ada baiknya Anda pun tak menelan info yang beredar mentah-mentah, tapi telaah berdasarkan apa yang Anda ketahui tentang orang tersebut. Apakah memang apa yang dikemukan gosip itu ada benarnya ataukah hanya ungkapan ketidaksenangan orang pada si bersangkutan. Bila memang Anda tak mengetahui dengan pasti tentang orang tersebut, ada baiknya tak usah ditanggapi gosip yang ada. Belum tentu apa yang digosipkan itu benar. Dengan demikian orang pun akan melihat Anda bersikap objektif dan tak memihak mana pun.

Jika pun hubungan Anda cukup dekat dengan orang yang jadi sasaran gosip tersebut, Anda bisa mengkonfirmasikannya langsung padanya. Tentunya tak usah memberitahukan narasumber Anda, sebab hal ini hanya akan menambah runyam. Dengan mendengarkan dari kedua belah pihak, Anda pun bisa lebih memahami apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun demikian, ada baiknya Anda tetap menjaga sikap kenetralan Anda.

"Right is right, even if everyone is againts it, and wrong is wrong, even if everyone is for it"

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book
 
Google
 

LINK